Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai
seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya
untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:
"Makanlah nak, Ibu tidak lapar" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering
meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu
berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhanku. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan
mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk disampingku dan
memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas
sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga
tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu
dengan cepat menolaknya, ia berkata:
"Makanlah Nak, Ibu tidak suka makan ikan"
----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel. Dari hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi
kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku,
melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan
pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu tidurlah, sudah
malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata:
"Cepatlah tidur nak, Ibu tidak Capek" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya
dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai
menyinari, Ibu yang tegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai.
Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol
yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan
kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku
segera memberikan gelasku untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata:
"Minumlah nak, Ibu tidak haus!" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus
membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kamipun semakin susah dan
susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin
parah, Ada
seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku
baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah
melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat
mereka, Ibu berkata:
"Saya tidak butuh cinta" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku dan kakakku semuanya bekerja, ibu yang
sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau , Ia rela untuk pergi ke
pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kakakku yang bekerja di luar kota
sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi
ibu bersikukuh tidak mau menerima uang Tersebut. Malahan mengirim balik uang
tersebut. Ibu berkata:
"Ibu masih punya uang" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan
kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika.
Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku
untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu
yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku:
"Ibu tidak terbiasa" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit
Kanker Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang
Samudera Atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk Ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya. Setelah menjalani operasi. Ibu
yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum
yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menggerogoti tubuh ibuku, sehingga
ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang
air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti Ini.
Tetapi ibu dengan tegarnya berkata:
•"Jangan menangis
anakku, Ibu tidak sakit" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku
tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Marilah kita introspeksi,
sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan
ayah ibu kita?
Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita.
Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan
atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu
kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum?
Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar?
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi
ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL"
di kemudian hari
Teman-teman jangan sampai kehilangan kesempatan untuk
mengingatkan betapa besarnya jasa dan pengorbanan ibu terhadap kita.
Semoga ini menjadi hikmah untuk kita semua ………
8 KEBOHONGAN SEORANG
IBU (MANA MUNGKIN IBU BERBOHONG?)
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai
seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya
untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata:
"Makanlah nak, Ibu tidak lapar" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering
meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu
berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi
untuk petumbuhanku. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan
mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, Ibu duduk disampingku dan
memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas
sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga
tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu
dengan cepat menolaknya, ia berkata:
"Makanlah Nak, Ibu tidak suka makan ikan"
----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah
kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk
ditempel. Dari hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi
kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku,
melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan
pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu tidurlah, sudah
malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata:
"Cepatlah tidur nak, Ibu tidak Capek" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya
dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai
menyinari, Ibu yang tegar dan gigih menungguku di bawah terik matahari selama
beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai.
Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol
yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan
kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku
segera memberikan gelasku untuk Ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata:
"Minumlah nak, Ibu tidak haus!" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus
membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kamipun semakin susah dan
susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin
parah, Ada
seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku
baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah
melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk
menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat
mereka, Ibu berkata:
"Saya tidak butuh cinta" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku dan kakakku semuanya bekerja, ibu yang
sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau , Ia rela untuk pergi ke
pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kakakku yang bekerja di luar kota
sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi
ibu bersikukuh tidak mau menerima uang Tersebut. Malahan mengirim balik uang
tersebut. Ibu berkata:
"Ibu masih punya uang" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan
kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika.
Berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku
untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu
yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, Ibu berkata kepadaku:
"Ibu tidak terbiasa" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit
Kanker Lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang
Samudera Atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk Ibunda tercinta. Aku
melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya. Setelah menjalani operasi. Ibu
yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum
yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya.
Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menggerogoti tubuh ibuku, sehingga
ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang
air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti Ini.
Tetapi ibu dengan tegarnya berkata:
•"Jangan menangis
anakku, Ibu tidak sakit" ----------
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku
tercinta
menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Marilah kita introspeksi,
sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita?
Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan
ayah ibu kita?
Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian.
Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita.
Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan
atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita.
Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu
kita?
Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum?
Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar?
Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi..
Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi
ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata "MENYESAL"
di kemudian hari
Teman-teman jangan sampai kehilangan kesempatan untuk
mengingatkan betapa besarnya jasa dan pengorbanan ibu terhadap kita.
Semoga ini menjadi hikmah untuk kita semua ………